LONDON - Ketika konflik masih terjadi antara Barat dan dunia Islam, saya bertanya pada diri sendiri, kenapa masih ada orang yang mencoba memprovokasi umat Islam?
Sekelompok kecil masyarakat Eropa melakukan hal itu, mengundang kemarahan umat Islam dan menyulut perlawanan dengan melakukan tindakan-tindakan pembunuhan. Provokasi tersebut salah satunya adalah ketika sebuah inspirasi seni yang mengatasnamakan kebebasan Barat menghasilkan karikatur yang mengejek Nabi Muhammad dan Al-Quran.
Provokasi-provokasi tersebut semakin berkembang seiring meningkatnya kegelisahan Eropa terhadap kelompok minoritas muslim yang tumbuh pesat. Kegelisahan tersebut bahkan sampai mengindikasikan akan adanya bentrokan peradaban di masa depan.
Peristiwa yang terjadi baru-baru ini juga semakin menyulut ketegangan dimana Partai anti-Islam di Belanda yang dimotori Geert Wilders menggalang wacana untuk melarang jilbab seperti yang telah diterapkan Prancis. Kemudian Swiss dengan tegas melarang umat Islam membangun menara-menara masjid dan berita yang paling baru, Irlandia dan Amerika Serikat menangkap para tersangka yang diduga melakukan konspirasi pembunuhan dan tindakan teror.
Lars Vilks adalah seseorang seniman Swedia yang pernah menggambar karikatur hitam putih Nabi Muhammad dengan tubuh anjing pada tahun 2007. Pihak berwenang setempat mengatakan aksinya tersebut membuat dirinya menjadi target dari sebuah rencana pembunuhan yang akan dilakukan oleh sekolompok orang, termasuk Colleen LaRose, 46 tahun, muallaf dari Pennsylvania yang menjuluki dirinya "Jihad Jane."
Vilks mengatakan dalam sebuah wawancara baru-baru ini dengan The Associated Press bahwa ia tidak bermaksud menyinggung perasaan Muslim, tetapi ia hanya ingin menunjukkan kalau ia bisa membuat karya seni provokatif yang bebas dari setiap topik yang ia inginkan. "Tidak ada yang begitu suci dan tidak dapat disinggung." katanya.
Surat kabar Denmark Jyllands-Posten juga mengatasnamakan kebebasan saat mencetak 12 gambar kartun Nabi Muhammad pada tahun 2005 lalu, salah satunya menggambarkan sebuah sorban berbentuk bom. Tindakan provokatif tersebut spontan mengundang protes dan dan aksi pembakaran kedutaan-kedutaan Denmark di beberapa negara-negara Muslim. Kemudian sebagai bentuk kegelisahan, politikus Belanda, Geert Wilders memproduksi film Fitna, sebuah film 15-menit yang meletakkan gambar-gambar serangan 11 September di samping ayat-ayat dari Quran. Wilders menyebut film tersebut sebagai usaha untuk mempertahankan nilai-nilai Eropa. Film ini ditampilkan dalam Britain's House of Lords bulan ini.
Perancis, rumah bagi sedikitnya lima juta dari perkiraan 14 juta umat Islam di Eropa dan Barat tahun lalu mengadakan dialog khusus di parlemen tentang apa yang harus dilakukan untuk menanggapi penggunaan cadar yang semakin marak. Dialog tersebut mengahasilkan rekomendasi larangan penggunaan cadar di bus, kereta api, rumah sakit, kantor pos dan tempat-tempat umum lainnya.
Berikutnya pada bulan Desember tahun lalu, sebagian besar penduduk Swiss mendukung ide untuk melarang pembangunan menara-menara masjid yang baru.
Jan Hjarpe, seorang profesor emeritus studi Islam di Universitas Lund di Swedia selatan, yang tinggal di dekat rumah kartunis Vilks mengatakan kalau provokasi-provokasi yang diarahkan kepada umat Islam justru akan membantu munculnya gerakan perlawanan dari orang-orang yang sering disebut Eropa dan Barat sebagai ekstrimis Islam. Mereka akan mudah menargetkan pihak-pihak yang menjadi lawan mereka dan tindakan tersebut justru akan mendapat banyak simpati dari dunia Islam.
Kemarahan, ancaman dan kekerasan terhadap provokasi-provokasi Eropa dan Barat memang bukan hal baru. Kita masih ingat Salman Rushdie yang terpaksa bersembunyi di Inggris selama satu dekade saat Ayatollah Khomeini di Iran mengeluarkan fatwa tahun 1989, memerintahkan umat Islam untuk membunuhnya karena bukunya, "The Satanic Verses, " yang sangat menghina Islam.
Rushdie pun selamat, tetapi pada tahun 2004, seorang pembuat film, Theo van Gogh dibunuh di sebuah jalan di Amsterdam oleh Mohammed Bouyeri, seorang muslim Belanda keturunan Maroko yang marah terhadap film "Submission," sebuah film tentang studi fiktif yang melecehkan perempuan Islam dengan menampilkan adegan wanita yang hampir telanjang dengan teks-teks Al-Quran muncul di tubuh mereka.
Van Gogh ditembak berulang kali, dan lehernya dipotong. Sebuah surat yang ditempelkan di dadanya dengan pisau juga mengancam Ayaan Hirsi Ali, seorang pengkritik vokal Islam radikal yang membantu menulis skenario film tersebut.
"Aku akhirnya bertanya-tanya apakah tatanan liberal yang mengatasnamakan kebebasan benar-benar sangat begitu lemah dan tidak layak, melakukan tindakan-tindakan provokatif yang justru suatu saat akan menjadi bumerang."
(tulisan kolumnis Washington Post, Anne Applebaum)
[muslimdaily.net]